TAUBAT ADALAH KUNCI ISTIQAMAH
hikmah 19.54
Penulis : Muhammad Arabiyah Mangawing.
Mungkin saudara-suadara menanyakan tentang apa hubungannya istiqamah dengan taubat ? jawaban ringkasnya adalah seluk beluk taubat yang berfungsi laksana kunci untuk meraih istiqamah di atas jalan Allah swt, itulah kutipan singkat yang dikatakan pengarang buku ini Syeikh Abdullah bin Sulaiman al- ‘Utayyiq.
Orang yang akan melakukan taubat tentunya harus disertai dengan azzam, Ibnu Athailah Assakandary mengatakan: bila anda hendak bertaubat maka jangan sampai kosong dari memikirkan ( apa yang anda telah perbuat ) sepanjang umur.
Renungilah apa yang telah anda kerjakan disepanjang waktu siang , bila anda melakukan ketatatan maka bersyukurlah kepada Allah . namun bila kemaksiatan yang anda kerjakan , maka celalah diri anda sendiri sambil beristigfar dan bertaubat kepada Allah, sesungguhnya tidak ada sebuah majlis bersama Allah yang lebih bermanfaat bagi anda sendiri selain majlis yang senang tiasa anda mencela anda sendiri karena perbuatan maksiat anda
Berawal dari defenisi taubat secara bahasa dan istilah , banyak ulama yang memberikan komentar defenisi taubat, namun jika mengumpulkan defenisi-defenisi itu , ujung-ujungnya merujuk kepada tiga hal yang harus dilakukan dalam taubat, ada ulama yang mengatakan 3 hal itu adalah syarat taubat, yaitu;
Pertama : An-nadm [ menyesali dosa ], kedua: Al-“azimah [ bertekad untuk meninggalkan ], ketiga: Al- Iqla’ [ meninggalkan dosa tersebut ] nah, ketiga syarat ini tidk bisa dipisahkan satu sama lainnya dalam taubat,
Di dalam buku ini juga membahas tentang hukum taubat, disebutkan bahwa hukum taubat adalah wajib bagi setiap muslim , hal ini ditunjukkan oleg duia dalil:
Pertama: bebrbagai kabar dan nash yang menjelaskan hal tersebut, dan sebagian darinya telah disebutkan sebelumnyta, dan kedua: ijma”, maka dalam hal ini , imam abu hamid al-ghazali berkomentar bahwa umat islam telah sepakat tentang wajibnya taubat.
Lalu imam al-ghazali menjabarkan pembahasan ini dengan sangat detail terntang atas dasar diwajibkannya taubat, beliau mengatakan bahwa: makna sebuah kewajiban adalah sesuatu yang pasti menatangkan kebahagiaan yang abadi dan keselamatan dari kebinasaaan yang abadi. Sekiranya sebuah kewajiban tidak terkait dengan kebahasiaan dan kesusahan melalui pelaksanaan sesuatu yang meninggalkan sesuatu , tentu kewajiban resenu ttidak memiliki makna sama sekali, sebab sesuatu yang tidak memilkik tujuan yang hendak dicapai dalam melakukan atau meninggalkannya , baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang , maka tidak ada faedahnya kita menyibukkan diri sendirinya, baik kewajiban atas kita atau tidak.
Dalam kitab minhjaul abidin , imam al-ghazali menyebutkan pembagian dosa yang harus dibersihkan dari sesorang yang bertaubat. Secara umum , dosa-dosa tersebut terbagi menjadi 3 macam yaitu;
Pertama: seorang hamba yang meninggalkan perintah-perintah allah taaala seperti shalat, shiyam, zakat dan lainnya, maka hendaklah seorang hamba sebisa mungkin untuk mengqadhanya.
Kedua: dosa antara seorang hamba dengan allah . hamba tadi menyesali perbuatan dossanya dan hatinnya berazam untuk tidak mengulanginya dosa yang sama selama-lkamanya
Ketiga: dosa antara seorang hamba dengan manusia yang lain. Dosa-dosa ini ada beberapa bagian:
a. Apabila berkaitan dengan harta benda, maka sebisa mungkin ia harus mengembalikannya apabila tidak memungkinkan maka ia harus meminta dihalalkan bial ia masih hidup, namu ia sudah mati maka memungkinakan hendaklah ia bersedekah dengan mengatasnakmakannya. Kalaupun tidak mampu , maka hendaklah ia memperbanyak melakaukan ketatatan dan kebaikan kemudian berdoa agar orang tadi merelakannnya di hari kiamat kelak, sebab harta benda tersebut masih menjadi haknya.
b. Apabila dosa tersebut berkaitan dengan jiwa , maka sebisa mungkin ditegakkan qisas, namun bila tidak memungkinkan , maka hendak lah berdoa kepada allah dengan sepenuh hati agar merelakannya di hari kiamat.
c. Bila dosa tersebut berkaitan dengan kehormatan seperti ghibah , berbohong, mencela, qadzaf (menuduh orang berbuat zina ), maka hendaklah ia meminta maaf secara langsung kepada orang yang telah dicemarkan kehormatannya, hal itu dilakukan jika memungkinakan dan tidak menimbulkan fitnah.
d. Apabila dosa tersebut berkaitan dengan kehormatan sesorang, seperti mengkhianati isteri , anak dan lainnya, maka hendaklah ia berdoa agar hal tersebut direlakan baginyadi hari kiamat. Hendaklah ia melakukan banyak kebaikan sebagai ganti dari perbuatan dosa tersebut. Hendaklah ia tidak menyebut dosanya tersebut , sebab hal ittu malah akan menimbilkan fitnah dan melahirkan keburukan yang lebih besar. Dan jika tidak menimbulkan fitnah bahkan akan menimbulkan rasa aman maka hendaklah ia mengabarkan perbuatan tersebut, namu hal ini sangat jarang terjadi.
Dalam buku ini memuat permasalahan tentang hal-hal yang dapat memperbesar dosa besar, diantaranya adalah:: dosa yang dilakukan secara terus-menerus, meremehkan dosa kecil sehingga enteng melakukan dosa tersebut, merasa bangga melakukan dosa dan bahkan mengharap pujian atas perbuatannya yang terkutuk itu, meremehkan dan menyepelekan Allah yang telah menutupi aibnya dan mengasihi dirinya, terang-terangan melakukan perbuatan dosa , dosa tersebut muncul dari sesorang alim yang dijadikan panutan sehingga dia melakukan maksiat tanpa merasa berdosa.
Demikianlah penjabaran secara ringkas tentang faktor-faktor yang menjadikan dosa bertambah besar sehingga masuk dalam kategori dosa besar. Dan dengan adanya faktor – faktor tersebut dosa besar akan lebih bertyambah besar lagi.
Dengan demikian , kami telah menyampaikan langkah-langkah praktis bagi sesorang yang melkaukan kesalahan menuju sebuah tujuan yang sangat besar, yaitu mendapatkan ridha allah swt dengan mensucikan jiwa dan membersihkan hati, juga hal-hal yang berkaitan dengannya dan segala bentuk wasilah untuk mencapainya.
Ya Allah anugerahkanlah ketaqwaan untuk jiwa kami, sucikanlah ia, sesungguhnya engkau sebaik-baik dzat yang mensucikan, engkaulah pemilik dan sekaligus yang mengurusi nya, ya allah sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari hati yang tidak pernah khusyu’, mata yang tidak menangis , jiwa yang tidak pernah merasa puas dan dari doa yang tidak terkabulkan.
Ya Allah ampunilah kami dan terimalah taubat kami , sesungguhnya engkau maha pengampun lagi maha menerima taubat. Semoga allah melimpahkan shalawat dan salam kepada penghulu kami dan nabi kami rasulullah muhammad saw, keluarga dan para sahabatnya. Amin.
Mungkin saudara-suadara menanyakan tentang apa hubungannya istiqamah dengan taubat ? jawaban ringkasnya adalah seluk beluk taubat yang berfungsi laksana kunci untuk meraih istiqamah di atas jalan Allah swt, itulah kutipan singkat yang dikatakan pengarang buku ini Syeikh Abdullah bin Sulaiman al- ‘Utayyiq.
Orang yang akan melakukan taubat tentunya harus disertai dengan azzam, Ibnu Athailah Assakandary mengatakan: bila anda hendak bertaubat maka jangan sampai kosong dari memikirkan ( apa yang anda telah perbuat ) sepanjang umur.
Renungilah apa yang telah anda kerjakan disepanjang waktu siang , bila anda melakukan ketatatan maka bersyukurlah kepada Allah . namun bila kemaksiatan yang anda kerjakan , maka celalah diri anda sendiri sambil beristigfar dan bertaubat kepada Allah, sesungguhnya tidak ada sebuah majlis bersama Allah yang lebih bermanfaat bagi anda sendiri selain majlis yang senang tiasa anda mencela anda sendiri karena perbuatan maksiat anda
Berawal dari defenisi taubat secara bahasa dan istilah , banyak ulama yang memberikan komentar defenisi taubat, namun jika mengumpulkan defenisi-defenisi itu , ujung-ujungnya merujuk kepada tiga hal yang harus dilakukan dalam taubat, ada ulama yang mengatakan 3 hal itu adalah syarat taubat, yaitu;
Pertama : An-nadm [ menyesali dosa ], kedua: Al-“azimah [ bertekad untuk meninggalkan ], ketiga: Al- Iqla’ [ meninggalkan dosa tersebut ] nah, ketiga syarat ini tidk bisa dipisahkan satu sama lainnya dalam taubat,
Di dalam buku ini juga membahas tentang hukum taubat, disebutkan bahwa hukum taubat adalah wajib bagi setiap muslim , hal ini ditunjukkan oleg duia dalil:
Pertama: bebrbagai kabar dan nash yang menjelaskan hal tersebut, dan sebagian darinya telah disebutkan sebelumnyta, dan kedua: ijma”, maka dalam hal ini , imam abu hamid al-ghazali berkomentar bahwa umat islam telah sepakat tentang wajibnya taubat.
Lalu imam al-ghazali menjabarkan pembahasan ini dengan sangat detail terntang atas dasar diwajibkannya taubat, beliau mengatakan bahwa: makna sebuah kewajiban adalah sesuatu yang pasti menatangkan kebahagiaan yang abadi dan keselamatan dari kebinasaaan yang abadi. Sekiranya sebuah kewajiban tidak terkait dengan kebahasiaan dan kesusahan melalui pelaksanaan sesuatu yang meninggalkan sesuatu , tentu kewajiban resenu ttidak memiliki makna sama sekali, sebab sesuatu yang tidak memilkik tujuan yang hendak dicapai dalam melakukan atau meninggalkannya , baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang , maka tidak ada faedahnya kita menyibukkan diri sendirinya, baik kewajiban atas kita atau tidak.
Dalam kitab minhjaul abidin , imam al-ghazali menyebutkan pembagian dosa yang harus dibersihkan dari sesorang yang bertaubat. Secara umum , dosa-dosa tersebut terbagi menjadi 3 macam yaitu;
Pertama: seorang hamba yang meninggalkan perintah-perintah allah taaala seperti shalat, shiyam, zakat dan lainnya, maka hendaklah seorang hamba sebisa mungkin untuk mengqadhanya.
Kedua: dosa antara seorang hamba dengan allah . hamba tadi menyesali perbuatan dossanya dan hatinnya berazam untuk tidak mengulanginya dosa yang sama selama-lkamanya
Ketiga: dosa antara seorang hamba dengan manusia yang lain. Dosa-dosa ini ada beberapa bagian:
a. Apabila berkaitan dengan harta benda, maka sebisa mungkin ia harus mengembalikannya apabila tidak memungkinkan maka ia harus meminta dihalalkan bial ia masih hidup, namu ia sudah mati maka memungkinakan hendaklah ia bersedekah dengan mengatasnakmakannya. Kalaupun tidak mampu , maka hendaklah ia memperbanyak melakaukan ketatatan dan kebaikan kemudian berdoa agar orang tadi merelakannnya di hari kiamat kelak, sebab harta benda tersebut masih menjadi haknya.
b. Apabila dosa tersebut berkaitan dengan jiwa , maka sebisa mungkin ditegakkan qisas, namun bila tidak memungkinkan , maka hendak lah berdoa kepada allah dengan sepenuh hati agar merelakannya di hari kiamat.
c. Bila dosa tersebut berkaitan dengan kehormatan seperti ghibah , berbohong, mencela, qadzaf (menuduh orang berbuat zina ), maka hendaklah ia meminta maaf secara langsung kepada orang yang telah dicemarkan kehormatannya, hal itu dilakukan jika memungkinakan dan tidak menimbulkan fitnah.
d. Apabila dosa tersebut berkaitan dengan kehormatan sesorang, seperti mengkhianati isteri , anak dan lainnya, maka hendaklah ia berdoa agar hal tersebut direlakan baginyadi hari kiamat. Hendaklah ia melakukan banyak kebaikan sebagai ganti dari perbuatan dosa tersebut. Hendaklah ia tidak menyebut dosanya tersebut , sebab hal ittu malah akan menimbilkan fitnah dan melahirkan keburukan yang lebih besar. Dan jika tidak menimbulkan fitnah bahkan akan menimbulkan rasa aman maka hendaklah ia mengabarkan perbuatan tersebut, namu hal ini sangat jarang terjadi.
Dalam buku ini memuat permasalahan tentang hal-hal yang dapat memperbesar dosa besar, diantaranya adalah:: dosa yang dilakukan secara terus-menerus, meremehkan dosa kecil sehingga enteng melakukan dosa tersebut, merasa bangga melakukan dosa dan bahkan mengharap pujian atas perbuatannya yang terkutuk itu, meremehkan dan menyepelekan Allah yang telah menutupi aibnya dan mengasihi dirinya, terang-terangan melakukan perbuatan dosa , dosa tersebut muncul dari sesorang alim yang dijadikan panutan sehingga dia melakukan maksiat tanpa merasa berdosa.
Demikianlah penjabaran secara ringkas tentang faktor-faktor yang menjadikan dosa bertambah besar sehingga masuk dalam kategori dosa besar. Dan dengan adanya faktor – faktor tersebut dosa besar akan lebih bertyambah besar lagi.
Dengan demikian , kami telah menyampaikan langkah-langkah praktis bagi sesorang yang melkaukan kesalahan menuju sebuah tujuan yang sangat besar, yaitu mendapatkan ridha allah swt dengan mensucikan jiwa dan membersihkan hati, juga hal-hal yang berkaitan dengannya dan segala bentuk wasilah untuk mencapainya.
Ya Allah anugerahkanlah ketaqwaan untuk jiwa kami, sucikanlah ia, sesungguhnya engkau sebaik-baik dzat yang mensucikan, engkaulah pemilik dan sekaligus yang mengurusi nya, ya allah sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari hati yang tidak pernah khusyu’, mata yang tidak menangis , jiwa yang tidak pernah merasa puas dan dari doa yang tidak terkabulkan.
Ya Allah ampunilah kami dan terimalah taubat kami , sesungguhnya engkau maha pengampun lagi maha menerima taubat. Semoga allah melimpahkan shalawat dan salam kepada penghulu kami dan nabi kami rasulullah muhammad saw, keluarga dan para sahabatnya. Amin.